Sabtu, 01 Juni 2019

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

1. Meluruskan Niat Hanya Ingin Ridha Allah SWT

Yang pertama harus dilakukan untuk menjemput atau mendapatkan lailatul qadar adalah benar-benar menyenangkan untuk meraihnya dan diawali dengan meluruskan usaha semata-mata hanya ingin mendapatkan ridha Allah SWT.”Barang siapa yang menjalankan ibadah pada malam Lailatul Qadar dengan didasari keimanan dan harapan untuk mendapatkan keridhaan Allah, maka dosa-dosanya yang lalu akan diampuni. ”[HR Bukhari Muslim]

2. Bermujahadah Dalam Ibadah

Untuk mendapatkan keberkahan malam lailatul qadar adalah dengan bermujahadah dalam ibadah untuk Allah SWT. Sungguh, Rasul tercinta pada 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan, lebih bermujahadah atas kesungguhan dia di waktu lainnya. ”[(HR Muslim].
Bermujahadah di sini seperti berpuasa dengan melakukan maksiat, membaca Alquran dengan memahami dan penghayatan dan menunaikan shalat tarawih.

3. Melaksanakan Syariat Allah SWT

Malam penuh berkah bisa diselesaikan dengan bantuan yang telah disyariatkan oleh Allah SWT, seperti zakat maal untuk wartawan dan jika wanita maka taatlah dengan memakai jlibab / tutup aurat.

4. Iktikaf di Masjid

Beriktikaf di masjid juga merupakan cara mendapatkan malam penuh berkah. Abu Said menceritakan tentang iktikaf Rasulullah di masjid yang kompilasi itu berlantaikan tanah dan tergenang udara.“ Aku melihat pada saat kening Rasulullah ada bekas lumpur di pagi hari Ramadhan. "[HR Muslim]

5. Khusyuk Dalam Beribadah

Saat melakukan ibadah sambil menunggu dilakukan dengan khusyuk, tidak banyak ngobrol dan tidur. Kita harus memburai air mata memohon ampunan atas dosa yang sangat besar bagi Allah dan rindu perjumpaan dengan-Nya.

6. Berazam dan Bersumpah Untuk Taubat Nashuha

Dengan mengakui dosa yang kita lakukan selama hidup ini, maka kita berharapnya berazam dan bersumpah untuk bertaubat nashuha, tidak dapat mengulangi maksiat dan tidak akan menzalimi dan dibuangi lagi.

7. Meminta Maaf

Wajib meminta maaf kepada siapa pun termasuk keluarga atau sahabat yang pernah kita sakiti. Karena jika tidak, akan menjadi hijab (penghalang) untuk doa dan ibadahnya.

8. Tidak Menyia-nyiakan Waktu

Waktu yang kita punya selanjutnya jangan sampai terbuang sia-sia selain dengan banyak berdzikir, beristighfar, bershalawat, amankan wudhu dan menyenangkan dalam bersedekah.

9. Berdoa dengan Sungguh-sungguh

Berdoa dengan sungguh-sungguh, yakin penuh harap bahwa Allah Allah akan mengampuni dosa kita dan mengabulkan doa yang kita panjatkan.
sekian dari cara meraih malam Lailatul Qadar
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jumat, 24 Mei 2019

Assalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Dalam pergaulan didalam keluarga, dalam masyarakat sosok Rasulullah SAW yang kita cintai dapat menjadi rujukan terbaik bagi kita dalam bertindak, bertutur kata dan bertingkah laku. Terutama kala menghadapi seseorang teman atau sahabat yang membuat kita tertawa maupun juga yang suka iseng terhadap kita yang bisa jadi malah membuat kita marah kepadanya.

Rasulullah SAW pun pernah diisengi oleh sahabat beliau, bukan saja sekali tetapi kadang diulanginya di kesempatan lain. Nuaiman, yach itulah sahabat Rasulullah SAW yang pandai berkelakar serta menjahili Beliau dalam beberapa kesempatan.

Suatu ketika, Nuaiman membeli madu dari seorang Badui. Tanpa membayarnya, Nuaiman mengajak orang Badui tadi menghadap Rasulullah SAW dan menyerahkan madu tersebut kepada Beliau sebagai tanda hadiah, dan tanpa sepengetahuan Rasulullah SAW dan orang lain yang hadir Nuaiman berkatan kepada orang Badui tadi, “Mintalah bayarannya dari sini,”

Rasulullah SAW pun senang dengan hadiah pemberian Nuaiman dan kemudian membagikannya kepada yang hadir sampai habis. Sedangkan Orang Badui masih menunggu pembayaran madu yang dibeli Nuaiman namun hal tersebut tak kunjung diterimanya hingga akhirnya dia memberanikan diri bertanya kepada Rasulullah SAW.

“Apa maduku tidak akan dibayar,” tanya orang Badui tadi kepada Rasulullah SAW

Mendengar pertanyaannya, Rasulullah SAW pun tersadar dan tak ada yang berani melakukan ini kecuali Nuaiman. Kemudian Rasulullah SAW menghampiri Nuaiman dan bertanya mengapa dia melakukan ini semua.

“Aku ingin berbuat baik kepadamu, tetapi aku tidak memiliki apa-apa,” jawab Nuaiman

Rasulullah SAW hanya tertawa mendengar jawaban Nuaiman dan langsung membayar madu tersebut kepada orang Badui tadi yang memang sudah habis dibagikan.

Kemudian dilain waktu, Nuaiman kembali menjahili Rasulullah SAW dan kali ini seorang Badui datang untuk bertemu dengan Rasulullah SAW dengan mengendarai onta yang tambatkan dihalam mesjid. Lalu beberapa sahabat yang ada dimesjid mengajukan usul kepada Nuaiman.

“Kalau kau mau menyembelih unta Badui ini, maka kita akan makan-makan. Kapan lagi kita makan daging bila tidak ada daging unta ini. Nanti Nabi yang akan menanggung harganya,”

Dasar Nuaiman yang memang memiliki sifat usil dan iseng, dia langsung menyembelih unta tersebut. Dan saat Badui tadi mau pulang betapa terkejut dirinya mendapatkan untanya sudah disembelih. Rasulullah SAW pun langsung bertanya kepada sahabat siapa yang melakukan ini, para sahabat pun serempak menjawab Nuaiman.

Lalu Rasulullah SAW mencari Nuaiman yang ternyata bersembunyi disebuah lubang yang ada dirumah Dhuba’ah binti Zubair, Rasulullah SAW yang menemukannya langsung menyuruh Nuaiman untuk keluar yang wajahnya penuh dengan debu.

“Apa yang mendorongmu melakukan perbuatan ini?” tanya Rasulullah SAW kepada Nuaiman

“Aku disuruh oleh orang-orang yang menunjukkan tempat persembunyianku ini,” jawab Nuaiman dengan polosnya

Rasulullah SAW langsung menghampiri Nuaiman dan membersihkan wajahnya yang dipenuhi debu sambil tertawa. Dan kali ini, Rasulullah SAW kembali terkena keisengan Nuaiman dan harus menanggung harga unta yang telah disembelihnya tersebut.

Nuaiman terkenal dengan keisengan dan gurauannya dikalangan pria, ada juga wanita yang terkenal lucu dan mampu membuat tertawa seisi rumah Rasulullah SAW yakni Suwaida’. Dan ketika mendapat kabar Suwaida’ sedang sakit, Rasulullah SAW langsung menjenguknya.

Dan ketika mendapatkan kabar Suwaida’ telah meninggal dunia, Rasulullah SAW turut menyalatkan dan ikut pula mendoakannya

“Ya Allah, sesungguhnya dia sering membuat kami tertawa, maka tertawakan dan bahagiakanlah dia,” begitulah doa Rasulullah SAW kepada Allah SWT untuk Suwaida’

Itulah gambaran tentang akhlak Rasulullah SAW dalam hal bergaul dengan sahabat-sahabatnya yang tentunya juga memiliki karakteristik yang suka membuat tertawa seperti Suwaida’ maupun yang memiliki keisengan seperti yang ditunjukkan oleh Nuaiman.

Rasulullah SAW sebagai pribadi dengan budi pekerti terbaik sehingga menjadi suri tauladan bagi kita tentunya banyak memberikan contoh kepada kita dalam hal bercanda dan tertawa (sesuatu yang seringkali kita lakukan dalam perjalanan hidup kita).

Tertawa Rasulullah SAW tidak terbahak-bahak apalagi dengan suara. Rasulullah SAW akan tertawa bila mendapatkan sesuatu yang membuatnya kagum, senang dan mendapatkan sesuatu yang mengundang tawa. Maksimal tertawanya Rasulullah SAW hanya kelihatan gigi gerahamnya dan sering menutup mulutnya dengan telapak tangan, sorban atau baju luar yang dikenakan saat tertawa.

Semoga bermanfaat untuk rekan Kompasioner dalam kita lebih mengenal sosok Rasulullah SAW yang kita cintai.

Selasa, 15 Januari 2019

Assalamualikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Bismillah. Ingatlah wahai saudaraku seiman, bahwa harta benda sebanyak apapun yang kita miliki,jika diperoleh dengan cara yang haram atau tercampuri dengan harta hasil riba, maka akan menjadi bencana bagi kita di dunia dan akhirat.
Di antara bahaya dan bencana yang ditimbulkan oleh riba bagi pelakunya adalah sebagai berikut:
1. Hilangnya keberkahan pada harta.
Allah ta’ala berfirman:
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ
“Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah.” (QS. Al-Baqarah: 276)
2. Orang yang berinteraksi dengan riba akan dibangkitkan oleh Allah pada hari kiamat kelak dalam keadaan seperti orang gila.
Allah ta’ala berfirman:
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لا يَقُومُونَ إِلا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 275)
3. Orang yang berinteraksi dengan riba akan disiksa oleh Allah dengan berenang di sungai darah dan mulutnya dilempari dengan bebatuan sehingga ia tidak mampu untuk keluar dari sungai tersebut.
Diriwayatkan dari Samuroh bin Jundub radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda menceritakan tentang siksaan Allah kepada para pemakan riba, bahwa “Ia akan berenang di sungai darah, sedangkan di tepi sungai ada seseorang (malaikat) yang di hadapannya terdapat bebatuan, setiap kali orang yang berenang dalam sungai darah hendak keluar darinya, lelaki yang berada di pinggir sungai tersebut segera melemparkan bebatuan ke dalam mulut orang tersebut, sehingga ia terdorong kembali ke tengah sungai, dan demikian itu seterusnya.”. (HR. Bukhari II/734 nomor 1979).
4. Allah tidak akan menerima sedekah, infaq dan zakat yang dikeluarkan dari harta riba.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا 
“Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu maha baik dan tidak akan menerima sesuatu kecuali yang baik.” (HR. Muslim II/703 nomor 1015, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu).
5. Do’a pemakan riba tidak akan didengarkan dan dikabulkan oleh Allah.
Di dalam hadits yang shohih, Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menceritakan
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ ».
Bahwa ada seseorang yang melakukan safar (bepergian jauh), kemudian menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdo’a, “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku!” Akan tetapi makanan dan minumannya berasal dari yang haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan oleh barang yang haram. Maka bagaimana mungkin do’anya akan dikabulkan (oleh Allah)?”. (HR. Muslim II/703 no. 1015).
6. Memakan harta riba menyebabkan hati menjadi keras dan berkarat. 
 Allah ta’ala berfirman:
كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al-Muthaffifin: 14)
Diriwayatkan dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ 
“Ketahuilah di dalam jasad terdapat sepotong daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh badan. Namun jika ia rusak, maka rusaklah seluruh badan. Ketahuilah sepotong daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari 1/28 no. 52, dan Muslim III/1219 no.1599)
7. Badan yang tumbuh dari harta yang haram (hasil riba, korupsi, dan selainnya) akan berhak disentuh api neraka.
Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Ka’ab bi ‘Ujroh radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ إِنَّهُ لاَ يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلاَّ كَانَتِ النَّارُ أَوْلَى بِهِ
“Wahai Ka’ab bin ‘Ujroh, sesungguhnya daging badan yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang haram, akan berhak dibakar dalam api neraka.” (HR. At-Tirmidzi II/512 no.614. dan dinyatakan Shohih Lighoirihi oleh syaikh Al-Albani di dalam Shohih At-Targhib wa At-Tarhib II/150 no.1729).
 8. Orang yang berinteraksi dengan Riba dilaknat oleh Allah dan Rasul-Nya.
Hal ini berdasarkan hadits shohih berikut ini:
عَنْ جَابِرٍ قَالَ : لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ
Dari Jabir radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melaknat pemakan riba, pemberi makan riba, dua saksinya dan penulisnya.” Dan Beliau bersabda, “Mereka semua sama (kedudukannya dalam hal dosa). (Diriwayatkan oleh Muslim III/1219 no. 1598).
9. Memakan Riba Lebih Buruk Dosanya daripada Perbuatan Zina.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
دِرْهَمُ رِبًا يَأْكُلُهُ الرَّجُلُ وَهُوَ يَعْلَمُ أَشَدُّ مِنْ سِتَّةِ وَثَلاَثِيْنَ زَنْيَةً
“Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari transaksi riba sedangkan dia mengetahui bahwa yang didalamnya adalah hasil riba, dosanya itu lebih besar daripada melakukan perbuatan zina sebanyak 36 kali.” (HR. Ahmad dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini shahih).
10. Paling Ringannya Dosa Memakan Riba itu Seperti Dosa Seseorang yang Menzinai Ibu Kandungnya Sendiri.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
الرِبَا ثَلاَثَةٌ وَسَبْعُوْنَ بَابًا أيْسَرُهَا مِثْلُ أَنْ يَنْكِحَ الرُّجُلُ أُمَّهُ وَإِنْ أَرْبَى الرِّبَا عِرْضُ الرَّجُلِ الْمُسْلِمِ
“Riba itu ada 73 pintu (dosa). Yang paling ringan adalah semisal dosa seseorang yang menzinai ibu kandungnya sendiri.” (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa Hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya).
Demikianlah beberapa bahaya dan bencana besar serta pengaruh buruk yang akan dirasakan oleh setiap orang yang berinteraksi dengan riba.
Semoga Allah Ta’ala melindungi kita semua dari berbagai macam bentuk riba dan bahayanya. Dan semoga Allah menganugerahkan kepada kita rezeki yang halal, banyak lagi penuh berkah. Amiin.